![]() |
Foto |
Iqra' (Bacalah), begitulah perintah Tuhan yang dibawa oleh
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. ketika mendapatkan wahyu pertama.
Tentu saja, perintah membaca di sini sejatinya bukan hanya untuk Nabi, tetapi
untuk seluruh umat manusia. Sebab membaca di sini tidak dalam artian sekedar
membaca tulisan (huruf), melainkan tafakkur, menyaring, menilai, dan
menyimpulkan tentang sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dan selalu mengelilingi
manusia, yaitu hidup dan kehidupan itu sendiri.
Lantas,
apa yang mesti dilakukan setelah itu? Jawabnya hanya satu; menulis. Dan
tentunya, menulis di sini pun lebih dari sekedar menyusun huruf-huruf, yaitu pertama,
menyampaikan atau menuliskan hasil 'membaca' tadi kepada manusia lain sebagai
salah satu bahan mereka dalam 'membaca'. Proses penyampaian dalam hal ini bisa
dilakukan dengan media bahasa, baik lisan maupun tertulis (huruf). Para nabi
mendakwahkan, menyampaikan (menuliskan ke dalam pikiran umatnya) ajaran-ajaran
yang diperolehnya melalui wahyu. Dan beberapa orang dari umatnya menggunakan
huruf-huruf (membukukan) untuk menyampaikan hasil 'membaca' mereka.
Kedua, mengaktualisasikan hasil 'membaca' ke dalam tindakan.
Dengan daya-daya yang ada pada diri manusia, maka manusia bisa mengolah,
menolak, menyetujui, memisahkan mana yang haq dan bathil, baik
dan buruk, benar dan salah, dan sebagainya. Selanjutnya, manusia akan
menuliskan tingkah lakunya sendiri. Yah, siapakah yang sebenarnya
menulis buku catatan kita yang akan diperlihatkan pada yaumul hisab
(akhirat) nanti? Tidak lain adalah tingkah laku kita yang menulisnya sendiri.
Berdasarkan hal di atas, maka bisa dikatakan bahwa perintah pertama
adalah 'membaca'. Setelah itu, perintah 'menulis', terutama yang memberi
manfaat dan menjadi rahmat. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar