Laman

Kamis, 20 Agustus 2015

Membaca dan Menulis

Foto
Iqra' (Bacalah), begitulah perintah Tuhan yang dibawa oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. ketika mendapatkan wahyu pertama. Tentu saja, perintah membaca di sini sejatinya bukan hanya untuk Nabi, tetapi untuk seluruh umat manusia. Sebab membaca di sini tidak dalam artian sekedar membaca tulisan (huruf), melainkan tafakkur, menyaring, menilai, dan menyimpulkan tentang sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dan selalu mengelilingi manusia, yaitu hidup dan kehidupan itu sendiri.

Lantas, apa yang mesti dilakukan setelah itu? Jawabnya hanya satu; menulis. Dan tentunya, menulis di sini pun lebih dari sekedar menyusun huruf-huruf, yaitu pertama, menyampaikan atau menuliskan hasil 'membaca' tadi kepada manusia lain sebagai salah satu bahan mereka dalam 'membaca'. Proses penyampaian dalam hal ini bisa dilakukan dengan media bahasa, baik lisan maupun tertulis (huruf). Para nabi mendakwahkan, menyampaikan (menuliskan ke dalam pikiran umatnya) ajaran-ajaran yang diperolehnya melalui wahyu. Dan beberapa orang dari umatnya menggunakan huruf-huruf (membukukan) untuk menyampaikan hasil 'membaca' mereka.
Kedua, mengaktualisasikan hasil 'membaca' ke dalam tindakan. Dengan daya-daya yang ada pada diri manusia, maka manusia bisa mengolah, menolak, menyetujui, memisahkan mana yang haq dan bathil, baik dan buruk, benar dan salah, dan sebagainya. Selanjutnya, manusia akan menuliskan tingkah lakunya sendiri. Yah, siapakah yang sebenarnya menulis buku catatan kita yang akan diperlihatkan pada yaumul hisab (akhirat) nanti? Tidak lain adalah tingkah laku kita yang menulisnya sendiri.  
Berdasarkan hal di atas, maka bisa dikatakan bahwa perintah pertama adalah 'membaca'. Setelah itu, perintah 'menulis', terutama yang memberi manfaat dan menjadi rahmat. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar