Malam itu seperti malam di mana langit
tampak olehmu tengah ditaburi gemintang-gemintang di belakang purnama. Begitu
cerah, secerah mekar wajah seorang bocah yang bergegas ke sebuah gedung dengan
sebuah topeng di ayun tangannya yang gembira. Sungguh, betapa ‘kan meriah
maskerade di sana. Semua berkumpul dan bersuka-ria bersama.
Melewati pintu, ia membelaikan senyum
kepada dua orang resepsionis. Juga kepada mereka yang datang. Lantas memasang
topeng ketika tiba terdengar lonceng mendentang, menandai dimulainya maskerade.
Tiba-tiba ia menyentakkan teriak.
Menggugat suasana. Selepas tak menemukan seorang pun di antara mereka yang
bertopeng seperti dirinya.
“Bukankah ini maskerade?” katanya
merebut podium. “Mana topeng anda semua?”
Akan tetapi hanya tawa yang terdengar.
Dan ia pun berlari dari keterasingannya. Meninggalkan mereka yang terus
tertawa. Menertawakan dirinya yang masih bocah.
Sebentar ia bergabung bersama
teman-temannya. Mengenakan topeng, menari, dan menyanyi dalam sebuah maskerade
di sebuah taman dekat perempatan di bawah malam, seperti malam di mana langit
tampak olehmu tengah ditaburi gemintang-gemintang di belakang purnama. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar