Puisi A. Syauqi Sumbawi
pada
tanah rawa dan liar rumput di alur muara
genangan
itu menyebut lima
menjadi
bongkah saat kemarau
sedang
hujan menceritakan sungai
air
menggantung, juga bening embun
pada
mata dadu, kulihat hidup menyusut
menerka
seperenam nasib di kecil kubus
sementara
batik, berturut titik adalah lukisan
hidup
manusia menyerta siklus hujan
pada
bayi yang suci, kutatap hidup mengumbar
syahwat
liar, laki-laki perempuan bertemu
dalam
cinta, dalam lipat ganda ibadah
menunai
kasih keluarga membenih bangsa
pada
keruh tuak, kuterka hidup yang muram
tenggelam
dalam racau kutukan, cinta
dalam
serapah mengelak manusia
kesadaran
wayang di tangan sang dalang
pada
uap madat, kusimak hidup melayang
seperti
layang dan kelam bayang-bayang
terputus
manusia, wajahnya menguap dan lenyap
sebelum
makrifah adalah mengenal wajah-wajah
pada
kilau benda, kutangkap hidup yang dingin
disusup
ingin, mengunci manusia dalam penjara
sedang
kebebasan lahir dari rahim sedekah
di
segala arah menasbihkan wajah yang sama
pada
tanah rawa dan sungaimu, ampeldenta
sebelum
lumpur, di sini air pernah membasuh
dan
debu mengusap tubuh
demikian
akrab menilai manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar