Laman

Sabtu, 24 Oktober 2020

(PUISI) Kisah Ampeldenta (3)

 

Puisi A. Syauqi Sumbawi

 

 

pada tanah rawa dan liar rumput di alur muara

genangan itu menyebut lima

menjadi bongkah saat kemarau 

sedang hujan menceritakan sungai

air menggantung, juga bening embun

 

pada mata dadu, kulihat hidup menyusut

menerka seperenam nasib di kecil kubus

sementara batik, berturut titik adalah lukisan

hidup manusia menyerta siklus hujan

 

pada bayi yang suci, kutatap hidup mengumbar

syahwat liar, laki-laki perempuan bertemu

dalam cinta, dalam lipat ganda ibadah

menunai kasih keluarga membenih bangsa

 

pada keruh tuak, kuterka hidup yang muram

tenggelam dalam racau kutukan, cinta

dalam serapah mengelak manusia

kesadaran wayang di tangan sang dalang

  

pada uap madat, kusimak hidup melayang

seperti layang dan kelam bayang-bayang

terputus manusia, wajahnya menguap dan lenyap

sebelum makrifah adalah mengenal wajah-wajah

 

pada kilau benda, kutangkap hidup yang dingin

disusup ingin, mengunci manusia dalam penjara

sedang kebebasan lahir dari rahim sedekah

di segala arah menasbihkan wajah yang sama

 

pada tanah rawa dan sungaimu, ampeldenta

sebelum lumpur, di sini air pernah membasuh

dan debu mengusap tubuh

demikian akrab menilai manusia

 

 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar