Puisi A. Syauqi Sumbawi
pernah kautunjukkan padaku sebuah perempatan
yang kerap perdengarkan dengus keras,
kereta-kereta melintas
melekatkan perjalanan yang mencabar di kejauhan
ditelan jarak pada pandang
dan terlihat juga olehku air menggenang
menampakkan purnama dalam goyang
seperti keyakinan dan cinta yang rawan di dada
seperti para penambak yang menggantungkan segala
pada jilah keningnya selepas menceburkan diri;
benih-benih yang membesar pada piring saji
begitulah,
sebab rindu yang tak kumengerti
dan kesendirian yang berat membebani
yang menyeretku pada sebuah anggapan
—berada di luar garis kenormalan—
lantas, aku menuju ke perempatan itu
berputar-putar, melihat awal setiap kedatangan
berharap dapat menyalami kesendirianmu
yang kemudian kita bundarkan dalam secangkir kopi
yang kita hirup bersama seperti malam-malam yang lalu
namun begitulah,
aku tetap dengan hari-hari yang luput kunamai
menatapi kereta-kereta yang mendengus keras, dan
genangan purnama yang sungguh merawankan
yang kesemuanya kian melengkapkan;
bahwa setiap kita berada dalam kesendirian
hanya pada jeda kita bisa saling jumpa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar