Puisi A. Syauqi Sumbawi
pada cahaya di bentang cakrawala
matahari menyerap, siang yang genap
hanya bayang-bayang
seperti manusia di hadapan-Nya
dalam perjumpaan diri yang kian panjang
kian pekat tenggelam
lihatlah, malam menjadi lembar seluruh cahaya
bintang-bintang yang berdenyut
tak seperti rembulan dan kunang-kunang
yang menjadi tanggal dan ajal
mengalirkan kesadaran awal kejadian
ketika manusia menjumpai dirinya
setetes sulbi dan dada bertemu dan berbicara
kisah cinta, lalu sirna dalam fana
pada langit yang menyimpan rahasia hujan
dari yang mengandung biji dan akar tanaman
bukan senda gurau jika matahari menyebut hijau
maka, tertawalah hingga bumi membuka
pintu, bersemayam dalam pekat tanah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar